Home Rest Area Saat Juragan Bus Melihat IAA 2016 Jerman : Sisi Lain Sebuah Pencerahan

Saat Juragan Bus Melihat IAA 2016 Jerman : Sisi Lain Sebuah Pencerahan

582
0

Hannover – “Sebuah kehormatan besar bagi kami para pengguna chassis bus Mercedes-Benz, ketika pabrikan asal Jerman itu mengajak melihat pameran International Automobile Austellung Commercial Vehicles (IAA) 2016 pada 22 – 26 September lalu. Tak hanya sebuah plesiran, tapi sebuah pencerahan tentang bagaimana negara maju memikirkan sarana transportasi yang sejalan dengan majunya keadaban,”

Itulah catatan perjalanan yang ditorehkan Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan bersama sejumlah bos perusahaan otobus (PO) yang dituturkan kepada Otoniaga, Senin (3/10) lalu. Berikut penuturannya :

“Sebuah tagline ‘Ahead of Time’ yang memiliki arti Daimler memiliki solusi untuk transportasi masa depan, bukanlah slogan kosong belaka. Cara memandu kami untuk mengetahui produk-produknya begitu cerdas, sehingga kami mudah mencerna dan memahaminya,”.

Pada hari pertama kehadiran, rombongan Indonesia diajak untuk melihat berbagai portofolio produk Daimler paling anyar yang disuguhkan di pameran IAA. Bahkan, konsep produk masa depan yang sudah ada di tangan para perancang dan pakar di Daimler.

Berbagai kendaraan komersial besutan Daimler baik berupa truk dan bus Mercedes-Benz, Freightliner, Western Star, Bharat Benz, Fuso, Setra, Thomas Built Buses disajikan. “Masing-masing di antara kami pun terkagum dibuatnya,”

Terlebih, ketika tatapan kami tertuju pada deretan bus Setra. “Saya mencatat, setidaknya ada empat unit varian bus Setra,”. Mereka adalah Setra Top Class S 516 HDH, Setra Top Class S 431 DT, Setra S 515 HD, Setra S 516 HD dan Setra Multi Class S418 LE (bus kota).

kujungan-ke-mercedes-benz-iaa-9“Namun, yang sangat menarik bagi saya adalah, bus kota masa depan, CityPilot. Ini merupakan representasi dan bukti betapa jauh pemikiran Daimler dalam menyikapi keadaan, situasi dan kondisi yang berkaitan dengan alam (bahan bakar), kemudahan dalam mobilitas masyarakat, serta gaya hidup,” papar Sani.

Betapa tidak. Bus yang berteknologi otonom atau bisa melaju tanpa kendali dari sopir ini memiliki sejumlah keunggulan. Selain melaju tanpa seorang sopir, membuka dan menutup pintu, berhenti dan berangkat dari satu halt eke halte lain, teknologinya juga bisa mendeteksi dan mengoperasikan kapan pintu dibuka atau ditutup, serta melihat kondisi penumpang turun dan naik.

Bahkan bus ini juga bisa mendeteksi penyeberang jalan, sehingga secara otomatis mengerem sebelum melanjutkan perjalanan. “Bus dengan teknologi CityPilot ini merupakan produk bus tertinggi yang pernah dibuat Daimler. Dia merupakan paduan antara aspek kepedulian lingkungan karena tanpa konsumsi BBM, kemudahan dan kenyamanan, serta gaya hidup sebuah wujud peradaban dan keadaban masyarakat dunia di masa depan,” ujar Sani.

Pelajaran dan pencerahan tak sampai di situ. Pada hari ketiga, di Jerman, kami diajak menuju Kota Mainhaim, lokasi dimana pabrik Mercedes-Benz Evobus berada. Masih di Mannheim, kami juga menghadiri forum diskusi tentang produk-produk Mercedes-Benz yang kita gunakan di Indonesia termasuk tentang berbagai aspek teknisnya. Sebuah pelajaran berharga atau tepatnya sebuah pencerahan baru kami terima.

Keesokan harinya, di hari keempat, rombongan diajak bertandang ke pabrik bus Setra di Kota Ulm. Rangkaian proses produksi mulai dari pengerjaan pelat, body painting hingga finishing ditunjukkan.

kujungan-ke-mercedes-benz-iaa-3Begitu pun dengan berbagai pengerjaan bus-bus pesanan dari berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat. Satu hal yang menarik adalah, mengunjungi museum bus.

Ketika berada di tempat ini, sebuah bus pertama kami lihat. Bus itu merupakan buatan Karl Kasböhrer tahun 1911. Kita ketahui Karl adalah pendiri sekaligus desainer bus Setra.

Tapi bukan sekadar bentuk dan cerita kelahiran bus yang menarik, namun seperti apa kecanggihan bus kala itu sesuai dengan tuntutan, selera, adab dan peradaban saat itu. Terlebih kalau kita melihat beberapa bus yang dipajang di tempat itu.

Pikiran pun menerawang jauh ke masa silam hingga berandai di masa mendatang. Bagaimana dengan Indonesia yang aparatnya masih berkutat sibuk pada regulasi-regulasi tarik ulur, padahal sejatinya manajemen transportasi dan sarananya telah jauh melesat ke depan. Itulah sisi lain sebuah pencerahan yang kami dapat dari perjalanan ke Jerman. (Ara)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here